Sumenep - Ribuan warga dari berbagai desa di Kepulauan Kangean menggelar doa bersama sebagai bentuk ikhtiar spiritual untuk menjaga tanah leluhur dari berbagai ancaman yang dinilai dapat merusak kelestarian wilayah mereka. Kegiatan ini berlangsung khidmat di Alun-Alun Kecamatan Arjasa pada Kamis (20/11), dan dihadiri para tokoh agama, pemuda, nelayan, hingga ibu-ibu setempat.
Korlap kegiatan menjelaskan bahwa doa bersama ini merupakan bentuk seruan moral sekaligus penyatuan hati masyarakat agar tetap solid dalam menjaga hak-hak mereka. “Ini adalah ikhtiar batin. Ketika situasi di lapangan memanas dan masyarakat merasa tidak didengar, maka mengetuk pintu langit adalah jalan terbaik. Doa ini menjadi simbol bahwa tanah leluhur harus dijaga dengan segala cara,” ujar A. Yani aktivis Kangean
Selain itu, Ahmad Yani juga menegaskan “ Penolakan masyarakat Kangean adalah bentuk kesadaran kolektif untuk menjaga wilayahnya dari aktivitas yang tidak transparan dan berpotensi merusak. Selama korporasi tidak menghormati hak masyarakat dan aturan yang berlaku, maka tuntutan untuk angkat kaki adalah sesuatu yang sangat wajar dan sah bahkan wajib “
Penolakan masyarakat tidak muncul tanpa sebab. Sejak awal, keberadaan PT KEI dan PT GSI memang penuh persoalan dan tidak pernah mendapatkan persetujuan masyarakat. Ada beberapa alasan mendasar yang membuat kami menilai bahwa sudah sepantasnya korporasi ini meninggalkan Kepulauan Kangean:
1. Tidak ada keterbukaan sejak awal. Kedatangan mereka tidak disertai transparansi, sosialisasi, maupun komunikasi yang layak kepada masyarakat Kangean.
2. Melanggar sejumlah regulasi. Salah satunya UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang jelas mengatur tata kelola dan perlindungan kawasan pesisir.
3. Menimbulkan keresahan dan kegaduhan sosial. Aktivitas survei telah menghadirkan ketidaknyamanan dan ketegangan di tengah masyarakat.
4. Mengganggu kehidupan nelayan. Setiap hari muncul suara ledakan akibat penembakan air-gun dalam survei seismik, sehingga banyak nelayan takut melaut dan kehilangan mata pencaharian.
5. Janji-janji yang tidak rasional. Kami tidak melihat alasan untuk mempercayai janji manis mereka. PT KEI telah beroperasi bertahun-tahun di Pulau Pagerungan Besar, tetapi faktanya tidak ada dampak positif signifikan bagi masyarakat setempat baik dari sisi ekonomi, infrastruktur, kesehatan, maupun kesejahteraan lainnya. Jika pembangunan benar-benar menjadi komitmen mereka, mengapa tidak diwujudkan terlebih dahulu di Pagerungan?
Kami tidak ingin kembali tertipu oleh retorika. Yang kami lihat adalah fakta lapangan, dan fakta itulah yang berbicara bahwa keberadaan PT KEI tidak memberi manfaat, melainkan ancaman bagi tanah leluhur Kepulauan Kangean.
